A, Pengertian Wawancara
Wawancara kegiatan utama dalam jurnalistik, dalam aktivitas jurnalistik, wawancara merupakan proses pencarian data, pendapat, penegasan, pandangan seseorang serta beragam jenis informasi lainnya, yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik. Dari wawancara, sebuah berita didapat dan dilaporkan kepada masyarakat. Wawancara adalah kunci bagi jurnalis untuk menggali informasi. Tulisan yang informatif dan menghibur berasal dari wawancara yang diselenggarakan dan diorganisasikan dengan baik.
Dalam dunia jurnalistik, dikenal beberapa jenis wawancara, antara lain:
1. Wawancara berita (News Peg Interview)
Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan narasumber tentang suatu masalah atau peristiwa.
2. Wawancara Cerobong (Funnel Interview)
Wawancara yang dilakukan secara santai dan rileks yang diawali dengan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar latar belakang narasumber sebelum masuk ke dalam pertanyaan pokok yang hendak ditanyakan.
3. Wawancara Cerobong Terbalik (Inverted-Funnel Interview)
Wawancara yang langsung menanyakan masalah pokok tanpa mengawalinya dengan pertanyaan yang umum dan ringan. Wawancara jenis ini biasanya dilakukan dalam keadaan terdesak dengan waktu yang terbatas.
4. Wawancara Eksklusif (Exclusive Interview)
Wawancara yang dilakukan beberapa wartawan (tetapi berasal dari satu media), dengan narasumber secara khusus, berkaitan dengan masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama, biasanya hasilnya disajikan secara lengkap di media massa dalam format tanya jawab.
Berdasarkan bentuknya wawancara menurut Floyd G. Arpan dalam "Toward Better Communications" seperti yang dikutip Mappatoto (1999:21-22), dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yakni:
1. Wawancara Sosok Pribadi (Personal Interview)
Personal Interview terbagi menjadi dua golongan. Pertama, wawancara dengan publik figure yang beritanya selalu dinantikan oleh khalayak, misalnya artis, pejabat dan sebagainya. Kedua, wawancara dengan orang-orang yang berada di luar orbit berita (orang biasa), tetapi orang tersebut menarik karena berperilaku aneh atau melakukan pekerjaan yang tidak lazim dilakukan orang• orang kebanyakkan.
2. Wawancara Berita (News Interview)
Wawancara yang dilakukan dalam rangka memperoleh pendapat atau tanggapan dari orang yang berwenang terhadap suatu peristiwa. Wawancara jenis ini juga biasa disebut dengan wawancara cantelan berita (news peg). Wawancara ini umumnya dilakukan untuk memperoleh keterangan atau pendapat dari seseorang atas pertimbangan kewenangan, prestasi, atau keahliannya untuk diterbitkan sebagai staright news.
3. Wawancara Jalanan (Man in the Street Interview)
Wawancara yang dilakukan di jalan-jalan umum dengan menyetop dan menanyai orang-orang yang lewat tentang pendapat mereka berkenaan dengan suatu berita penting, dengan harapan diperoleh pendapat umum tentang kejadian penting yang sedang hangat dibicarakan.
4. Wawancara Sambil Lalu (Casual Interview)
Wawancara yang tidak direncanakan secara khusus tetapi berlangsung secara kebetulan. Pertemuan dan dialog dengan orang yang berwenang dalam suatu resepsi adalah sarana wawancara untuk memperoleh keterangan dari orang besar yang ditemui pada kesempatan itu.
5. Wawancara Telepon (Telephone Interview)
Wawancara untuk memperoleh keterangan dari seseorang yang berwenang, dilakukan melalui telepon yang sewaktu-waktu dapat diadakan antara wartawan dengan narasumber. Wawancara dengan cara ini akan lebih lancar jika sudah ada saling percaya diantara wartawan dengan narasumber.
6. Wawancara Tertulis (Written Interview)
Wawancara yang dilakukan dengan cara surat-menyurat atau korespondensi. Kelemahan wawancara model ini antara lain, kemungkinan akan ada bagian-bagian yang tidak jelas dari jawaban narasumber; wartawan tidak dapat meminta penjelasan dari sumber yang bersangkutan bila ada hal yang kurang jelas. Adapun keuntungannya seperti, berita yang disusun berdasarkan jawaban tertulis sehingga tidak akan dibantah oleh narasumber.
7. Wawancara Kelompok (Discussion Interview)
Wawancara yang dilakukan dengan sekelompok orang, seakan-akan wartawan adalah peserta dalam suatu seminar atau simposium. Hasil wawancara yang akan diberitahukan bukan pendapat satu orang dalam seminar, tetapi merupakan rangkuman pendapat yang transparan dalam seminar. Sedang jika dilihat dari pelaksanaanya wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yakni wawancara yang dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber, dan wawancara yang dilakukan dengan tidak langsung seperti; melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).
Sifat wawancara pun bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara, dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat defensif dan menutup diri .
B. Tujuan Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita (narasumber). Secara umum, wawancara bertujuan untuk menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data mengenai suatu masalah atau peristiwa yang lengkap, akurat, dan adil, yang dilakukan dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan kepada narasumber. Wawancara tidak hanya dipandang sebagai salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, data, atau fakta, tetapi juga sudah merupakan bagian dari penyajian informasi itu.
Secara spesifik tujuan wawancara (dalam konteks jurnalistik) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh fakta
Untuk memperoleh fakta yang penting dari suatu peristiwa, wartawan harus menemukan sumber yang kredibel dan bisa dipercaya, dengan informasi yang akurat. Wartawan bisa saja mewawancarai orang yang kebetulan ditemui di jalan untuk dimintai pendapatnya tentang krisis ekonomi misalnya, ucapan orang itu mungkin juga bagus untuk dikutip namun tidak memiliki kredibilitas. Seorang ekonom jelas lebih kredibel diwawancarai tentang kondisi ekonomi, walaupun ekonom sering bicara dengan jargon-jargon disiplin ilmunya yang hams diterjemahkan ke bahasa yang mudah dimengerti.
2. Untuk mencari kutipan
Begitu wartawan sudah menyelesaikan riset faktual untuk tulisannya, wartawan perlu menambahkan sesuatu agar tulisannya lebih menarik. Misalnya, wartawan itu sudah mengumpulkan data statistik tentang penyaluran kredit dari bank pemerintah untuk pedagang kaki lima. Kemudian, wartawan itu mewawancarai seorang pedagang kaki lima dan karyawan bank yang mengurus perkreditan. Tulisan itu sebenarnya secara statistik sudah akurat tanpa tambahan wawancara. Namun pembaca dapat lebih menghayati makna statistik itu dengan membaca kutipan wawancara mereka yang terlibat atau menjadi penerima penyaluran kredit tersebut.
3. Untuk mengumpulkan anekdot
Penuturan cerita anekdot dapat memberi tambahan warna dan wawasan pada tulisan. Anekdot biasanya berupa kata-kata singkat yang sengaja diselipkan dalam tulisan, dengan tujuan agar lebih segar dan tidak membuat orang menjadi jenuh.
4. Untuk memberi karakter pada situasi
Wartawan dapat menggunakan reaksi seseorang di lokasi peliputan untuk memberi karakter pada situasi. Misalnya, dalammeliputkorbangempa bumi, wartawanmenemukan seorang perempuan tua berdiri di depan reruntuhan bangunan, yang dulu pernah menjadi rumahnya. Dengan mengutip ucapan wanita tersebut, maka wartawan akan dapat memberi karakter pada peristiwa gempa bumi, dengan cara khas yang akan diingat oleh pembaca.
5. Untuk mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui
Kadang-kadang wartawan membutuhkan seseorang untuk membenarkan atau membantah sejumlah informasi, yang sudah diketahui sebelumnya. Wawancara untuk konfirmasi biasanya wartawan sudah tahu jawabannya sebelum mengajukan pertanyaan dan wartawan itu siap meng-konfrontasikan apapun jawaban pemberi wawancara dengan informasi yang sudah diketahui.
C. Teknik Wawancara
Teknik wawancara bukan merupakan sesuatu yang baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Apalagi setiap wartawan punya tekhnik-tekhnik tersendiri dalam memancing narasumber untuk mau melayani permintaan untuk wawancara. Namun demikian, ada beberapa hal umum yang perlu menjadi perhatian para wartawan sebelum melakukan dan dalam pelaksanaan wawancara.
1. Tahap Persiapan
Seorang wartawan harus siap setiap saat melakukan wawancara dengan narasumber, dan untuk wawancara yang baik diperlukan persiapan yang baik pula. Diantara hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan wawancara antara lain:
a. Persiapan Fisik.
Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus benar-benar sehat secara fisik, artinya kondisi fisiknya benar-benar fit. Fisik yang prima akan mempengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari wawancara tersebut.
b. Persiapan Mental
Wartawan yang secara mental belum siap untuk melakukan wawancara dengan narasumber, akan berakibat fatal terhadap proses wawancara apalagi terhadap hasil yang akan diperoleh, karenanya kesiapan mental sangat diperlukan oleh seorang wartawan.
c. Persiapan teknis
Umumnya wartawan menggunakan catatan tertulis (notes) dan tidak boleh terlalu tergantung pada alat elektronik. Tapi alat elektronik seperti tape recorder cukup penting untuk mengecek ulang apabila ada yang terlupa atau ada informasi yang meragukan sehingga dikhawatirkan bisa salah kutip. Meski menggunakan alat perekam, alat tulis tetap diperlukan terutama untuk menulis nama, gelar dan angka.
d. Menyusun outline
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan wawancara sebaiknya seorang jurnalis terlebih dahulu menyusun kerangka berita (outline) atau flowchart. Outline umumnya berisikan tentang, tema berita; sudut pandang (angle); narasumber; dan daftar pertanyaan.
1. Penentuan tema
1) Sebelum melakukan wawancara tema hams sudah jelas informasi apa yang diharapkan dari narasumber, apakah perspektif atau pendapatnya. Wartawan juga hams sudah memikirkan, Mengapa suatu tema hams diangkat?; dan Kenapa hams dingkat sekarang?, dan sebagainya.
2) Menentukan Angle
Sudut pandang (angle) sebuah berita dibuat untuk membantu tulisan supaya focus, dan untuk menentukan angle salah satu caranya adalah dengan membuat pertanyaan tunggal tentang apa yang mau ditulis. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan.
3) Menyiapkan daftar pertanyaan
Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus sudah memiliki daftar pertanyaan yang akan diajukan. Daftar pertanyaan itu disusun sedemikian rupa sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya memiliki hubungan yang jelas. Berikut ini beberapa aspek penting yang mesti diperhatikan dalam menyusun pertayaan untuk wawancara.
~ pertanyaan harus pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan yang jawabannya yes atau no; susunan pertanyaan harus logis dari segi penggalan waktu/kronologis;
~ susunan pertanyaan mulai dari yang mudah/ netral yakni yang tidak perlu berpikir terlalu dalam, selanjutnya kepertanyaan yang lebih substansial;
~ pertanyaan harus jelas dan tidak menimbulkan salah interpretasi atau bermakna ganda;
~ pertanyaan harus fokus dan lebih menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa, dan jangan bertanya di luar konteks;
~ hindari pertanyaan yang abstrak, tapi buatlah pertanyaan yang konkret;
~ formulasikan kalimat dengan bahasa tutur, bukan bahasa tulis, dan menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung to the point (tidak berbelit-belit);
4) Menentukan narasumber
Setelah wartawan yakin telah menguasai permasalahan, dan telahmenyusunpertayaandengan baik, langkah berikutnya adalah menentukan siapa sumber yang akan diwawancarai. Dalam kaitanya dengan ini, wartawan tidak boleh mewawancarai sembarang orang, akan tetapi Interviewee (yang diwawancarai) haruslah seseorang atau sejumlah orang yang oleh karena kedudukannya, dianggap memiliki informasi yang penting, yang dibutuh• kan wartawan sebagai bahan penulisan berita. Dalam menentukan narasumber wartawan perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini:
~ Layak dipercaya, dalam memilih narasumber meski jeli dan kritis, apakah narasumber layak dipercaya dan memiliki kridibilitas, atau tidak.
~ Berwenang, artinya orang yang punya kekuasaan dan tanggung jawab terhadap permasalahan, ini hams dipertimbangkan, supaya tercapai keseimbangan penulisan berita (balance) dan both• sided coverage (menyajikan keterangan dua pihak yang bertolak-belakang sehingga fair).
~ Kompeten, artinya narasumber memang layak untuk dimintai keterangannya.
~ Orang yang berkaitan langsung dengan peristiwa, yaitu sumber berita yang memiliki hubungan, terpengaruh atau mempengaruhi peristiwa tersebut.
5) Membuat janji dengan narasumber
Sebelum wawancara, sebaiknya wartawan membuat janji dengan narasumber terlebih dahulu, sehingga kedua belah pihak sama-sama siap untuk melakukan wawancara dan janji wawancara tidak terlupakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah persiapan tahap selanjutnya adalah melakukan wawancara, pada tahap ini ada beberapa hal yang mesti diperhatikan seorang jumalis, antara lain:
a. datang tepat waktu (on time), sesuai dengan janji yang telah dibuat.
b. bersikap sopan dan memperkenalkan diri lebih dahulu dengan menyebutkan identitas (khususnya nama dan media tempat bekerja).
c. kenalilah norma setempat, ini perlu diperhatikan agar jumalis dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
d. perkenalkan masalah yang akan ditanyakan sehingga narasumber tahu alasan dirinya dijadikan narasumber.
e. membuat suasana santai. Jangan mengeluarkan notes, alat perekam, atau mengambil foto tanpa lebih dahulu meminta ijin.
f. mulailah dengan pertanyaan ringan namun to the point (langsung ke persoalan inti), namun jika narasumber terkesan berusaha menutupi informasi, ajukan pertanyaan yang tidak langsung.
g. hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya, karena narasumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
h. dengarkan dengan baik jawaban yang disampaikan narasumber.
1. berusaha untuk menjaga agar masalah tidak keluar dari kerangkanya atau melebar ke pembicaraan yang tidak relevan;
j. jangan mendebat narasumber, karena tugas jurnalis adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi.
k. setelah seluruh pertanyaan diajukan, jangan lupa memberikan kesempatan kepada narasumber untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin belum ditanyakan;
1. berupaya menjalin hubungan personal yang baik dengan narasumber, misalnya dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara, untuk ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri.
m. memihak narasumber, jika mewawancarai seorang tokoh yangmemilikilawanataupunmusuh, bersikaplah seolah-olah memihaknya walaupun sebenarnya tidak demikian, seperti kata pepatah,"Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing".
n. apabila akan mengalihkan percakapan ke masalah yang berbeda, mintalah ijin terlebih dahulu kepada sumber berita;
o. menjaga kerahasiaan identitas narasumber, apabila ia berkeberatan disebutkan identitasnya dengan jelas .
p. Pada akhir wawancara, ucapkan terima kasih dan mintalah kesediaan narasumber untuk dihubungi lagi pada kesempatan yang lain.
Proses wawancara seringkali memakan waktu lama dan kadang-kadang hasilnya tidak memuaskan dan bahkan tidak akurat. Ketidak akuratan dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian yang tidak disengaja. Untuk menghindari kesalahan fakta dalam menulis berita hasil wawancara, maka seorang jurnalis perlu melakukan langkah• langkah sebagai berikut:
1) saat mewawancarai seseorang jangan lupa, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun wartawan hams mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan narasumber.
2) setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang telah peroleh sehingga narasumber bisa mengoreksinya.
3) bila informasi narasumber diperoleh dari tangan kedua, hendaknya eek pada sumber berita untuk meng• klarifikasi.
4) segala informasi penting harus dicek ulang.
0 Comments